Senin, 09 November 2015

Tragedi Watu Tulis (Pasuruan)

Saya akan menceritakan tentang Watu tulis (Pasuruan) dimana watu tulis ini adalah sebuah Batu besar, yang diaman tidak akan ada yang bisa menghancurkannya, meskipun itu dengan alat berat.
pernah ada tragedi, dimana ada seorang yang sangat kaya raya, dimana dia selalu membeli perkebunan orang untuk di buat sebagai Pabrik atau lahan perumahan, kebetulan orang kaya ini membeli area lahan watu tulis, dan saat orang kaya ini menyuruh untuk memindahkan batu ini dengan alat berat, tetapi alat berat ini setelah menyentuh batu ini, alat berat ini langsung Rusak, dan orang yang mengendarai alat berat itu meninggal dunia
sungguh kesal orang kaya ini, akhirnya orang kaya ini menyuruh semua anak buahnya untuk menghancurkan batu besar ini, tak lama kemudian tidak ada seorang pun yang mampu menghancurkan batu ini, namun setelah beberapa menit, ada salah satu anak buah dari orang kaya ini yang memberikan kabar buruk untuk si orang kaya ini, dimana lahan yang pernah dia beli, yang sudah dia bangun perusahaan dan perumahan, hancur semua terkena gempa bumi dan tanah longsor
watu tulis ini di ceritakan oleh seorang penyebar agama islam, bahwasannya tidak ada orang yang mampu memindahkan atau menghancurkan batu ini meskipun itu menggunakan bom atau lainnya, karena batu ini begitu banyak tulisan Arab dari nenek moyang kita, batu tulis ini sangatlah mistis dan sangat berhubungan dengan makhluk ghaib
bahwa batu tulis ini bagaikan kerja'an jin islam, ingat bahwa tuhan tidak menciptakan manusia saja di muka bumi ini, ada makhluk hidup lain selain manusia, ada yang terlihat dan ada yang tidak bisa kita lihat

oke sob ! sekian cerita dari saya, semoga menambah wawasan :)
sekian dan terimakasih !!

Sabtu, 07 November 2015

Mitos Watu lawang

Watu lawang ini bertempat di area The taman dayu, di mana watu lawang ini sebuah pintu menuju alam ghaib
watu lawang ini sudah dikenal oleh masyarakat setempat (dayurejo), watu lawang juga sebagai tempat penapungan air, ada saatnya watu lawang ini akan terbuka, entah itu kapan, yang terpenting watu lawang ini tidak ada orang sepele yang bisa masuk kedalamnya
butuh orang yang benar" mempunyai ilmu tinggi untuk masuk kedalamnya
dan ini adalah foto jalan menuju watu lawang


=> Asal usul watu lawang ini dimana dulu ada seorang pengembara dimana pakaiannya seperti wali, dia sedang mengembara utuk menyebarkan agama islam, saat pengembara ini sampai di watu lawang, pengembara ini berhenti sejenak untuk istirahat
setelah beberapa waktu, cuaca menjadi berkabut, langit menjadi mendung, dan petir mulai menyambar
sang pengembara mulai khawatir dengan cuaca ini
tidak tau kenapa ada batu seperti berbentuk pintu, dan batu itu mulai menggeser dengan sendirinya,
sang pengembara mulai berdo'a akan takjubnya kejadian saat itu
namun sang pengembara mulai merasa curiga ada apa didalam goa atau watu lawang tersebut
setelah tak berfikir panjang sang pengembara itu memasuki goa watu lawang
ada seorang kakek-kakek yang sedang mencari batang kayu dan ranting, dia melihat seorang pengembara itu mulai masuk kedalam goa tersebut, tetapi sang kakek kakek itu tak bisa berbuat apa-apa karena cuaca yang sangat ekstrim, setelah sang pengembara itu sudah masuk kedalam goa
Akhirnya pintu goa itu tertutup, dan cuaca mulai reda, tidak ada kabut atau petir, dan langit menjadi terang kembali, pada saat kakek - kakek itu suah diperkampungannya, dia menceritakan kejadian itu kepada warga dayurejo
saat kakek - kakek itu bercerita ada seorang warga dimana seorang warga ini juga memiliki ilmu hebat yang di akui warga dayurejo,
seorang warga ini mampu melihat masa yang akan dialami desa dayurejo, bahwa seorang pengembara ini akan keluar jika ilmu kanuragannya sudah tinggi, dia di dalam gua tersebut sedang bertapa, dan ditemani se ekor naga hijau yang buas, naga ini adalah naga ghaib, dan sang pembuka pintu adalah seorang tinggi besar dan badannya gemuk, dia yang bertugas mejaga pintu dan membuka atau menutup pintu goa watu lawang,
saat itu lah warga dayurejo tidak ada yang berani mendekati kawasan watu lawang, karena angkernya kawasan ini, dan kawasan ini berada di kaki gunung
Sekian cerita tentang Watu lawang (dayurejo)
semoga anda mendapatkan wawasan yang lebih luas :)
semoga harimu menyenangkan :)

Jumat, 06 November 2015

The Taman Dayu

saya akan cerita sedikit tentang The taman dayu
mungkin ini bukan cerita legenda, tetapi banyak orang yang tidak tau kapan dibangunnya the taman dayu ini
dimana The taman dayu ini tiap hari banyak pengunjung untuk melukan beberapa aktifitas
seperti joging tiap pagi dan sore, mondar mandir sama gebetannya, menikmati beberapa makanan seperti di KFC, M2M, Foot Terrace, Foot Veranda, dan masih banyak kedai atau toko makanan, dan tidak lupa buat para jones atau Jomblo jomblo ngenes tempat ini sangat cocok untuk Cuci mata karena setiap harinya the taman dayu ini banyak sekali cewek cewek lagi jalan-jalan


Cukup dulu basa basinya !!
THE TAMAN DAYU dibangun di atas tanah seluas 600ha. Kawasan hunian ini didesain dengan memadukan suasana alam, komersial, dan rekreasi. Konsep perumahannya kental dengan suasana alam. Di kawasan ini pula terdapat CBD (Central Business District) sebagai pusat aktivitas rekreasi, hiburan, kuliner, dan komersial di area Pandaan dan sekitarnya

THE TAMAN DAYU adalah kawasan hunian, resort wisata, dan pusat bisnis yang terletak di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kawasan ini memanjakan penghuninya dengan konsep kolaborasi suasana alam dan gaya hidup modern. Sejak sekitar tahun 2007 kawasan Taman Dayu telah menjadi ikon kota Pandaan.
Selama puluhan tahun Ciputra Group telah membangun reputasi unggul dalam pengembangan properti yang berkualitas di indonesia, termasuk mengembangkan THE TAMAN DAYU. Pantaslah bila Ciputra Group telah menempatkan diri sebagai salah satu pengembang properti terbaik di Indonesia.
Kawasan eksklusif ini sangat menarik, letaknya berada di kaki Gunung Arjuno. Tentu sudah terbayangkan bagaimana indahnya pemandangan dan sejuknya udara di sana. Apalagi lokasi THE TAMAN DAYU sangat strategis karena berada di tengah-tengah jalur Malang – Surabaya. Perkembangan kawasan ini dipastikan semakin pesat, terlebih dengan akan dibukanya Tol Surabaya – Pandaan. Yang menarik adalah lokasi gerbang tolnya berada tepat di depan akses utama kawasan ini. Bisa dipastikan nilai investasinya akan semakin meningkat.
Seiring dengan perkembangan, Taman Dayu telah dikembangkan menjadi kota mandiri yang juga dilengkapi dengan pusat bisnis dan perdagangan yang dikenal sebagai Pandaan Central Business District (CBD). Di dalam area Pandaan CBD ini didirikan gedung pertokoan, pusat jajanan kuliner (Food Terrace dan Food Veranda) dan Public Area yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan untuk keluarga.
Lalu jika ada yang bertanya, apakah perumahan ini dekat dengan obyek wisata? Pertanyaan itu bisa dijawab dengan mudah. Lokasi ini memiliki banyak akses menuju tempat pariwisata, seperti Tretes, Prigen, Taman Safari Indonesia 2, Gunung Arjuno, Gunung Welirang, dan Gunung Penanggungan. Di kawasan Taman Dayu sendiri juga ada fasilitas wisata favorit berupa waterpark, lapangan golf, boutique hotel, camping ground, dan outbound yang cukup menarik.

Sekian Cerita Tentang The Taman Dayu Pandaan (Pasuruan)



Asal usul Gunung welirang


Kali ini saya akan memberikan cerita tentang asal usul gunung welirang - Arjuno kota pasuruan, jawa timur
dan ini adalah foto gunung welirang dengan gunung arjuno
 
Terletak dalam satu kawasan yang sama yaitu dalam satu rangkaian dengan gunung Anjasmoro dan gunung Ringgit, gunung Arjuno dan gunung Welirang dapat dicapai dalam penempuhan satu jalur pendakian.
Gunung Arjuna termasuk dalam tipe gunung api tua dan merupakan gunung yang tak aktif, sedangkan gunung Welirang tergolong dalam kategori aktif dengan masih adanya aktifitas berapi dengan adanya kawah belerang yang aktif mengeluarkan asap kental belerang. Meskipun masih dalam satu rangkaian yang sama namun gunung Arjuno dan gunung Welirang berbeda. Pada perjalanan pendakian di lembah dan lereng di sekitar gunung Arjuna, terdapat puluhan peninggalan purbakala yang berserakan dan tak terbengkalai, sebagian besar masih tertutup semak belukar dan tanah keras. Dalam pendakian belakangan ini sungguh disayangkan, banyak peninggalan benda purbakala yang bernilai sejarah tinggi, raib tak tentu rimbanya. Di gunung Arjuna juga banyak bermunculan kisah-kisah mistis selama pendakian, yang tentunya menambah rasa keingin tahuan kita akan gung Arjuna dan misterinya.
Sedangkan gunung Welirang menyajikan pemandangan yang tiada duanya disepanjang perjalanan pendakian. Kekayaan akan batu kuning belerang menarik untuk kita lihat secara langsung proses pengambilan hingga pengolahannya.
Pendakian gunung Arjuna dan Welirang dapat ditempuh melalui 3 jalur, yaitu melalui jalur timur lewat Lawang - Malang, dari arah barat lewat Selecta - Batu dan arah utara Tretes melewati gunung Welirang. Berdasarkan pengalamanku saat mendaki kedua gunung ini akan lebih mudah sekaligus mengesankan jika kita melalui arah utara yaitu Tretes melewati gunung Welirang, turun dan melanjutkan ke gunung Arjuna dan turun melalui jalur timur lewat Lawang - Malang ditempuh dalam 2 hari, 3 malam.
Tretes - Welirang
Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan dilanjutkan dengan mobil angkutan menuju ke Tretes. Tretes (860 mDPL/ meter dibawah permukaan laut) merupakan hutan wisata dan banyak terdapat tempat peristirahatan dan hiburan. Di Tretes juga sering dikunjungi artis ibukota yang menghabiskan waktu untuk beristirahat
Di sini juga terdapat dua air terjun yang indah, yaitu air terjun Elang dan Kakek Bodo. Air terjun yang terakhir ini terkenal akan keindahannya sekaligus misterius. Di tempat ini ada tempat perkemahan bagi yang ingin menghabiskan waktu/ berkegiatan di alam. Konon menurut cerita warga sekitar, di sekitar air tejun Kakek Bodo sering dijumpai wujud kakek-kakek bersorban yang muncul dan menghilang dalam sekejap mata. Dan di sana sering terjadi kasus kesurupan.
Pendakian kita mulai dengan jalur jalan setapak yang melingkar menuju gunung Welirang, deretan pepohonan yang lebat dan tinggi dikelilingi kabut dingin khas udara tipis pegunungan mulai kita rasakan di awal perjalanan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam kita akan menjumpai sungai kecil yang bening di pertengahan perjalanan antara Tretes dan pondok Welirang. Setelah berjalan melewati hamparan hutan pinus dan ladang alam bunga Edelweis, sekitar 5,5 jam (tergantung kecepatan individu pendaki dan kondisi alam) ke arah barat daya menuju pondok peristirahatan Welirang.
Dalam perjalanan kita akan melewati hutan tropis Lali Jiwo yang sering diceritakan dari mulut ke mulut akan keangkerannya, namun selama kita tetap berdoa dan yakin fokus pada perjalanan maka tidak terjadi apapun, malah kita akan disuguhkan pemandangan hutan lebat dengan pohon menjulang ke langit yang penuh dengan warna-warni bunga dan tumbuhan yang ditimpali dengan suara kicauan burung dan hewan lainnya. Setelah sampai di pondok peristirahatan, kita lebih baik beristirahat sembari mengisi perut yang telah kosong. Kita bisa mengambil air di sungai yang luar biasa bening dan segar, memasak atau bahkan mandi keramas (<0>). Di tempat inilah kita bisa bertegur sapa dengan banyak paca penambang batu belerang. Berbagi pengetahuan, bekal atau bisa sekedar berfoto merupakan hal yang menyenangkan sembari melepas lelah. Disini pula ktta dapat membeli (sangat murah Rp. 2.000!) untuk serangkai bunga Edelweis yang cantik dan telah dibalut sedemikian rupa dengan belerang dari para penambang batu belerang. Lumayan untuk oleh-oleh berupa bunga bunga abadi buat sang pacar yang sedang menunggu di rumah.
Dari tempat inilah kira-kira 1 jam perjalanan, kita akan jumpai dua jalur bercabang, jalur ke kiri menuju arah gunung Arjuno, dan jalur lurus langsung menuju puncak gunung Welirang. Dari pondok sampai puncak Welirang kita akan melewati hutan cemara yang lebat dan membutuhkan waktu +4 jam sampai ke puncak Welirang. Disinilah terdapat cerita menarik ketika pengalaman pertama saya mendaki gunung Welirang dan gunung Arjuna. Tepat jam 2 siang, saya dan teman, kami berdua memutuskan untuk mendaki duluan menuju puncak Welirang meninggalkan 6 orang teman lainnya yang memutuskan untuk beristirahat di pos peristirahatan. Keinginan mengabadikan sunset di gunung Welirang mendorong saya memutuskan melanjutkan perjalanan. Dengan hanya berbekal kamera dan botol minuman yang tergantung di pinggang saya putuskan berangkat bersama salah seorang teman. Tak ada halangan dalam perjalanan menuju puncak Welirang hingga kesadaran saya akan sosok teman yang sudah tak kelihatan (akibat perbedaan tingkat fisik dan ketertarikan mengabadikan momen indah) membuat kami terpisah. Segera saya lanjutkan langkah mendaki dengan cepat untuk mengejar teman. Sesampainya di puncak Welirang, jam menunjukkan pukul setengah empat sore, segera saya manfaatkan dengan mengabadikan sunset gunung Welirang yang teramat indah intuk dilewatkan. Hingga di suatu saat saya ingat akan keterpisahan kami, sembari mencari teman, saya manfaatkan dengan menyalurkan hobi fotografi. Dari puncak Welirang, yang ditandai dengan batu besar, kita bisa menyaksikan panorama pemandangan indah wisata Selekta, Tretes dan kaki-kaki langit di Selat Madura. Di bawah puncak gunung tampak 2 kawah berwarna kekuningan yang diselimuti asap pekat belerang. Kawah Jero tampak lebih besar dan dalam, yang ditambang secara tradisional oleh warga penambang belerang dan Kawah Plupuh tampak berdampingan indah menghantarkan gambaran alam berbalut awan. Batas awan dan bumi seakan menjadi pudar hingga kita seakan bisa merasakan sapuan embun awan yang membasuh wajah, menyejukkan sukma
Tak terasa gelap mulai menyusuri kabut gunung Welirang. Tanpa sadar jam menunjukkan pukul 5 sore lebih. Ketakutan mulai menyergap bathin dan pikiran saya dimana senter dan peralatan survival berada di tangan teman yang terpisah. Sedetik kemudian tanpa pikir panjang saya putuskan menuruni lereng Welirang secepat mungkin sebelum gelapnya malam menyelimuti area gunung. Namun mentari yang telah beranjak dari peraduannya lebih cepat, segera saya putuskan untuk berlari secepat mungkin. Suara teriakan monyet dan penunggu hutan sepanjang perjalanan seakan menjadi penyemangat. Terjatuh dan kembali segera bangkit dan terus berlari, hingga tanpa terasa pos peristirahatan tampak di depan mata. Disambut dengan tatapan heran teman-teman memandangi saya yang terengah-engah dan bermandikan keringat. Teman saya yang tadi terpisah ternyata sudah tiba duluan menjelang gelap. Barulah saat itu saya merasakan kesakitan dan pegal di seluruh sendi tubuh, namun saya tetap bersyukur dapat kembali dengan keadaan sehat dan bersyukur telah mendapatkan foto-foto sunset di gunung Welirang.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke gunung Arjuno, dari puncak Welirang kita berjalan turun ke arah selatan, dan melalui hutan cemara dan melewati satu jurang dan lembah gunung Kembar I dan gunung Kembar II, di mana dapat kita jumpai beberapa lubang sumur dalam perjalanan, yang sering digunakan untuk menjebak rusa. Selanjutnya kita akan melalui Sawahan Bakal (2626 mDPL), berupa padang rumput yang dulunya banyak dijumpai rusa dan kijang.
Setelah berjalan 5-6 jam kita akan sampai di puncak yang diberi nama pasar Dieng, yang ketinggiannya hampir sama dengan Puncak Gunung Arjuno, di mana hamparan dan tanah rata yang luas dipagari batu-batu besar yang tersusun rapi. Konon menurut warga sekitar di tempat ini pada malam tertentu akan muncul pasar dari alam lain.dan di tempat inilah salah seorang teman mengalami fenomena aneh, dimana ia merasa berjalan ditemani seseorang di belakangnya dan mengobrol panjang lebar sepanjang perjalanan. Namun saat tiba di tempat peristirahan, ‘teman perjalanannya’ tak ada dan yang pasti tidak ada kami yang merasa menemaninya. Perjalanan kami teruskan dengan melewati bukit sebelum kita sampai di puncak Arjuna.
Sesampainya kami di puncak gunung Arjuno, disambut dengan angin yang sangat kencang dan suhunya minus. Dingin yang menggigit kulit setimpal dengan indahnya pemandangan lampu kota yang terhampar di bawah gunung Arjuna. Puncak Gunung Arjuno disebut juga Puncak Ogal Agil sangatlah indah di malam hari akan terasa sangat nikmat ditemani canda tawa sahabat yang duduk berkeliling di sekitar api unggun diselingi wangi kopi jahe yang menghangatkan tubuh. Menghabiskan semalam di puncak Arjuna serasa kurang bagiku, namun semua keindahan ini akan selalu terbingkai indah di hati.
Setelah berkemah di wilayah puncak pada malam, kita akan disuguhkan panorama sunrise pada dini hari, suatu kenikmatan yang sulit digambarkan oleh kata-kata. Dan sesudah itu kita dapat turun ke arah timur lewat jalur Lawang-Malang, melewati hutan tropik, cemara dan perdu, setelah beberapa jam berjalan cepat, kita akan melewati deretan perkebunan teh Wonosari yang sejuk dan hijau di bagian utara. Turun lewat jalur Lawang akan lebih dekat dan menyingkat waktu